
Pasar modal Indonesia kembali berguncang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat bertahan di atas 7.300 kini mengalami tekanan tajam hingga menembus level 6.850. Penurunan ini bukan hanya sekadar koreksi teknikal tetapi cerminan nyata dari perubahan besar dalam arah likuiditas global. Banyak analis menilai, aliran dana besar kini bermigrasi dari pasar saham tradisional menuju aset digital seperti Bitcoin, yang sedang berada di jalur bullrun 2025.
Saham IHSG Anjlok bukan tanpa alasan. Ketika pasar saham Asia melemah akibat kekhawatiran geopolitik, kenaikan suku bunga Amerika Serikat, dan perlambatan ekonomi Tiongkok, investor mulai mencari tempat baru yang lebih menjanjikan. Dan Bitcoin muncul sebagai kandidat utama.
Penyebab Penurunan IHSG Hari ini sebagai Berikut :
Banyak Market Dunia sedang Hancur di Akhir Tahun 2025 yaitu pertama Crypto yang Down Dalam hingga banyak para Trader terkena Liquidity hingga Margin Call di setiap Akun Mereka dan itu Terjadi Saat banyak Masyarakat Indonesia Sedang Tertidur Pulas. Kondisi Ini Sangat Memperihatinkan. Tapi Ada Trader Asal Amerika Sudah memprediksikan Market ini dalam unggahan Tiktok di bulan Agustus. Dia Memperediksikan Market Akan Crash Besar Agar Memberikan Presure Panik Selling Para Retail dan Para Whales serta Smart Money akan Membeli Saat Panik Terjadi.
Menurut data CoinMarketCap (Oktober 2025), kapitalisasi pasar crypto telah kembali menembus USD 3 triliun, dengan Bitcoin mendominasi lebih dari 52% dari total nilai tersebut. Lonjakan harga Bitcoin ke kisaran USD 78.000–82.000 dalam beberapa minggu terakhir menjadi magnet kuat bagi dana global. Investor institusional, termasuk hedge fund dan family office Asia, mulai melakukan switch liquidity dari saham ke crypto terutama BTC dan Ethereum.
Analis menilai Saham IHSG Anjlok adalah agenda Elit yang ingin membeli Harga Murah saat Panik Terjadi Karena Gold menyentuh ATH Baru di minggu ini, tetapi strategi makro jangka menengah. Bitcoin kini dianggap sebagai “digital gold 2.0”, terutama setelah munculnya ETF spot Bitcoin yang disetujui di berbagai negara. Arus dana yang keluar dari IHSG sebagian juga mengalir ke aset berbasis blockchain, DeFi, dan token berbasis AI yang sedang naik daun di Q4 2025.

Di Indonesia, investor ritel juga mulai mengikuti tren ini. Data dari Bappebti menunjukkan jumlah pengguna aset crypto naik 23% sejak awal tahun, menembus 20 juta akun aktif. Lonjakan ini berbanding lurus dengan penurunan volume transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang turun hampir 15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu maka Slot Server Macau bagian dari Agenda Penghasil Cuan disaat Market Merah.
Namun, tidak semua pihak optimis. Sebagian ekonom memperingatkan bahwa pergeseran likuiditas secara besar-besaran bisa menciptakan ketidakseimbangan sektor keuangan. Jika dana besar keluar dari saham domestik tanpa kontrol, efek domino bisa memukul pertumbuhan ekonomi riil dan sektor investasi jangka panjang saat saham IHSG anjlok.
WASPADA! Pengumuman The FED Roket Smart Money :
Meski begitu, era bullrun crypto 2025 tampaknya belum akan berhenti. Faktor-faktor seperti Bitcoin halving 2024, adopsi institusional masif, serta stabilitas geopolitik pasca pidato damai Trump, membuat crypto semakin dipercaya sebagai aset lindung nilai yang baru.
Bagi investor cerdas, kondisi ini adalah momentum untuk diversifikasi portofolio bukan sekadar ikut tren. Saat saham melemah dan Bitcoin melesat, keseimbangan menjadi kunci. Apakah ini pertanda awal dari era baru keuangan digital, di mana likuiditas global benar-benar berpindah tangan?
Satu hal pasti: 2025 bukan tahun biasa. Ini tahun di mana dunia keuangan mulai menulis ulang peta kekuatan dari bursa ke blockchain.